Info Budidaya Terpadu 2019

Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah

Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah - Selamat datang di blog BUDIDAYA !!, Info kali ini adalah tentang Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah !! Semoga tulisan singkat dengan kategori JALUR PENDAKIAN !! PENDAKIAN !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->


Menuju Puncak Gunung Slamet 3428 Mdpl



Sekilas tentang Gunung Slamet


          GunungSlamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Pulau Jawa dengan ketinggian 3428 mdpl. Titik koordinat Gunung Slamet sendiri terletak pada 7˚14’30”LS,109˚12’30”BT. Sedangkan letak administratifnya meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah. Terdapat beberapa jalur pendakian untuk dapat mencapai Puncak Gunung Slamet. Diantaranya, jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan, jalur pendakian Gunung Slamet via Guci, dan beberapa jalur pendakian Gunung Slamet lainnya seperti jalur pendakian Gunung Slamet via Baturraden dan Pemalang. Namun, jalur legal pendakian Gunung Slamet hanya ada 2, yaitu jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan dan jalur pendakian Gunung Slamet via Guci. Diposting kali ini saya akan memberikan gambaran jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.


 1.   Basecamp jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.

Gambar : Basecamp Gunung Slamet via Bambangan



        Bambangan merupakan nama sebuah desa terakhir yang terletak di Kaki Gunung Slamet. Dahulu Basecamp pendakian Gunung Slamet via Bambangan masih menggunakan salah satu rumah warga. Namun karena ramainya pendaki, Basecamp dipindahkan dan memiliki tempat khusus yang cukup luas. Pendakian dimulai dari titik ini dengan berjalan kaki setelah menyelesaikan proses simaksi.
Gambar : Basecamp G. Slamet Gabungan Siput adv dan Walang adv


  2.   Pos 1 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.



Gambar : Pos 1 G. Slamet via Bambangan.
     Pendakian kali ini saya ditemani 13 orang yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu Siput adventure dan Walang adventure. Karena anggota pendakian yang berjumlah belasan orang, perlu adanya manajemen pendakian yang baik agar pendakian berjalan lancar dan lebih aman. Sebelum kami melakukan pendakian, tak lupa untuk berdo’a bersama agar diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.



     
        Kami berangkat sekitar pukul 19:06 WIB dari Basecamp. Baru berjalan beberapa puluh meter kita langsung disambut gapura pendakian. Selanjutnya berbelok kearah kanan memasuki perkebunan penduduk. Jalan yang dilalui lumayan menanjak namun, masih terdapat beberapa bonus. Formasi awal Adi berada diposisi paling depan dan saya berposisi paling belakang bersama Gibran dan Syukur. Tim terpecah menjadi dua bagian ketika mulai memasuki hutan Pinus milik perhutani. Medan semakin menanjak dengan jalur pendakian yang sangat berdebu karena hujan masih belum mengguyur kawasan ini. Disepanjang jalur pendakian dari Basecamp menuju Pos 1 hanya melewati perkebunan dan hutan pinus perhutani. Hingga akhirnya sampailah kita di Pos 1 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Pos 1 memiliki bangunan atau pondok yang dapat digunakan para pendaki untuk beristirahat. Tim menjadi satu kembali dan siap melanjutkan perjalanan menuju pos 2.

Gambar : Jalur pendakian yang sangat berdebu dimusim kemarau



  3.  Pos 2 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.

Gambar : Tim sedang beristirahat di Pos 2 G. Slamet via Bambangan


       Jalur yang dilalui semakin menanjak dan masih berdebu. Namun, dari vegetasi sendiri ada perbedaan. Dari yang tadinya didominasi oleh pohon pinus, sekarang menjadi lebih tertutup dengan pohon-pohon besar. Kami sempat beberapa kali beristirahat untuk mengatur nafas dan menstabilkan stamina sambil memakan beberapa makanan kecil yang kami bawa. Tidak terlalu lama kami sampai di Pos 2 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Mungkin karena ditemani banyolan-banyolan kocak khas Walang adventure yang dimotori oleh Rizka (ini nama seorang pria bertubuh lumayan gempal loh...) hehehe.



  4.  Pos 3 Jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.


Gambar : Persimpangan antara jalur dari Pemalang dan Bambangan


     Perjalanan dilanjutkan kembali menuju pos 3 dengan medan yang semakin menanjak. Vegetasi semakin rapat karena didominasi oleh pohon-pohon besar dan dibawahnya terdapat semak yang sama rapatnya. Dari sini mulai terlihat kalu tim sudah mulai kelelahan. Meskipun demikian, kami terus berjalan dan terus melangkah. Karena target kami adalah pos 7, maka kami terus berjalan untuk sampai pos 7 pukul 04:00 WIB. Diantara Pos 2 dan Pos 3 terdapat persimpangan jalur pendakian dari jalur pendakian Pemalang. Berhati-hatilah ketika perjalanan pulang atau kembali ke Basecamp. Perhatikan secara seksama plang petunjuk arah yang ada.



Gambar : Pos 3 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan
       Baiklah, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 3 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Aku sendiri masih tetap setia berjalan diposisi paling belakang tanpa banyak bersuara. Entah kenapa dipendakian kali ini aku seperti kurang greget. Mungkin karena memori kelamku 6 tahun lalu di Gunung Slamet dan tepatnya di jalur pendakian via Bambangan ini. Aku hampir saja kehilangan nyawa setelah thypusku kambuh dan sempat pingsan selama 3 jam diatas pos 7. Bayang-bayang itu masih lekat ketika aku kembali mendaki Gunung Slamet. Masih jelas terbayang raut wajahku sendiri yang pucat pasih dengan tingkat kesadaran yang tidak seberapa, harus berjalan turun menuju Basecamp dalam kondisi hujan. Masih tercium bau dedaunan yang ada disepanjang jalur yang lembab seperti jarang terjamah. Semua masih lekat diingatanku meskipun dulu aku setengah sadar dan seperti tak mampu lagi berkata-kata. Aku hanya tertunduk ketika perjalanan menuju Pos 3 dengan ingatan yang aku lempar jauh kembali ke 6 tahun yang lalu.


  5.  Pos 4 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.


      Ketika kita kembali beristirahat. Terlihat wajah lesu dan tubuh-tubuh yang mulai lunglai karena sudah berjalan beberapa jam dengan medan yang terus menanjak. Sepertinya tim memang sudah ‘pincang’ dan tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan. Dania dan Lia sepertinya sudah sangat mengantuk dan merosot dibarisan belakang. Itu mengindikasikan kalau mereka berdua sudah sangat kelelahan dan disergap rasa kantuk. Sedangkan Fuji, satu anggota Siput lainnya seperti sedang terbakar semangatnya. Hampir disepanjang perjalanan dia terus berkicau memecah heningnya suasana. Mungkin karena ada partner untuk berduet. Fuji bersama Rizka sepertinya adalah partner yang cocok untuk memecah hening dan lelah. Karena mereka mampu menghadirkan suasana jenaka dengan banyolan mereka masing-masing.


    Seberapa tingkat emosi kita dalam menikmati perjalanan, tubuh kita tidak mampu berbohong kalau ia tengah kelelahan dan merasa kantuk. Akhirnya aku dan Adi berjalan terlebih dahulu mencari lapak untuk mendirikan tenda. Tim sudah 'pincang' dan mengharuskan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Setelah aku menemukan area yang cukup luas untuk mendirikan keempat tenda yang kami bawa, langsung saja tenda pertama terpancang sambil menunggu kedatangan anggota lainnya. Kami memutuskan untuk camp dibawah pos 5 dengan berbagai pertimbangan. Sekitar pukul 01:45 WIB semua anggota sudah berkumpul diarea camp dan siap mendirikan tenda. Tidak ada banyak hal yang kami lakukan, karena semuanya sudah didera kantuk. Tidak ada pilihan lain selain tidur pulas menyiapkan tenaga untuk esok.


  6.  Pos 5 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.


      Keesokan paginya. Maaf, maksud saya pagi menuju siang harinya saya terbangun dan hanya tinggal kami bertiga (Aku, Adi, dan Syukur) yang masih berada di Camp. Samar-samar aku seperti bermimpi ada beberapa bidadari berusaha membangunkan tidurku dengan menyeret kakiku dengan senyum simetris.” Oh, ternyata aku hanya mimpi disiang bolong”. Hehehe.


       Membersihkan kotoran yang telah mengering diwajah. Selanjutnya minum kopi ditemani remah roti yang tertinggal untuk kami nikmati. Kami putuskan untuk melakukan summit attack disiang bolong pada pukul 10:06 WIB. Mengingat teman-teman sudah berangkat terlebih dahulu pada pukul 07:30 WIB. Untuk berjaga-jaga kami membawa 4 botol air mineral dan beberapa makanan kecil untuk bekal dan berjaga-jaga apabila teman-teman kehabisan bekal. Kami sengaja berjalan dengan cepat untuk mengejar ketertinggalan dari teman-teman yang berangkat terlebih dahulu.

  7.   Pos 6 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.


     
Gambar : Pos 6 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan

        Aku terus berjalan tanpa henti hingga tak begitu menghiraukan vegetasi sekitar mulai sedikit terbuka. Pohon-pohon besar yang tadinya mendominasi perjalanan dari pos 2-5 kini sudah jarang terlihat. Sempat aku bergantian dengan Adi membawa daypack berisi bekal dibawah pos 6. Pos 6 hanya ada tempat untuk mendirikan camp dan tidak begitu luas. Aku masih terus berjalan dengan target bertemu dengan anggota paling belakang yang sedang berjalan menuju puncak.


   8.  Pos 7 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.


        Terus berjalan tanpa henti hingga nafas kian memburu karena metabolisme tubuh semakin gencar. Apalagi debu-debu yang beterbangan terkena sepakan pendaki yang naik maupun turun semakin membuat mata pedih dan suasana kurang bersahabat. Namun, hal itu aku anggap biasa saja. Karena itulah resiko mendaki dimusim kemarau yang kering. Tak begitu lama sampailah aku di pos 7 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Di Pos 7 ada pondok atau bangunan untuk beristirahat. Dahulu ada bale-bale yang dapat digunakan sebagai tempat tidur, tidak tau kalau sekarang. Sebab, aku tidak masuk kedalam karena mengejar teman-teman sependakian.


  9.  Pos 8 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.



Gambar : Pos 8 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan
     Selepas pos 7 vegetasi semakin terbuka. Hanya didominasi pohon lamtoro hutan, beberapa arbei, serta berbagai tumbuhan semak lainnya. Aku sempat melihat-lihat arbei merah yang sudah ranum dan siap panen. Namun, debu yang beterbangan kemana-mana melekat didedaunan, termasuk melekat juga dibuah arbei. Jadi, aku urungkan saja niat untuk memanen buah arbei itu dan melanjutkan perjalanan.

      
      Ditengah perjalanan dari pos 7 menuju pos 8, aku sempat terhenti sejenak. Tenggelam dalam lamunan dan hanya tertegun menatap sebuah tempat yang sudah jauh berubah, namun tetap ku kenali. “Inilah tempat dimana hidupku hampir berakhir 6 tahun silam. Terima kasih Tuhan, aku masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup dan kembali lagi kesini” aku berbicara pada diriku sendiri. Tentang memori pahit yang pernah menimpa diriku ditempat itu.

Lamunanku pecah seketika teringat kembali misi mengejar teman sependakian, Siput adventure.

Kita jalan lagi gan!

        Aku kira mereka sudah dekat, karena disepanjang jalur menuju puncak sepertinya mereka tak terlihat.

Benar saja. Sesampainya di pos 8 ada tiga wanita siput pejuang tim hore yang sedang tertawa lepas dengan penuh tenaga berdiri kokoh dengan gagahnya? Hehehe. Oh, tidak ! termyata mereka sedang berbaring lemas tanpa sedikitpun membawa bekal (pelajaran yang harus diambil). Hehehe.


Gambar : Selfie di Pos 8 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan
  Mereka terbangun dan terduduk sepertinya kaget melihat wajahku bengis seperti perompak sedang mengejar perahu saudagar.

“Weh, kalian masih disini? Yang lain mana?” tanyaku.
“Udah naik mas/diatas mas/udah duluan mas” celetuk ketiga siput pejuang tim hore.
sambil meletakkan daypack yang aku bawa “nih minum ga? ada biskuit juga kayanya didalem”

Tak selang berapa lama Syukur disusul Adi sampai di pos 8. Mereka lekas bergabung dengan kami yang sampai terlebih dahulu di pos 8. Sambil minum dan makan sedikit bekal, kami ngobrol ngalor ngidul dengan tema yang tidak begitu jelas. Lumayan lah...untuk membangkitkan mood untuk melanjutkan perjalanan.

Gambar : Adi WB di atas Pos 8 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan

10.  Pos 9 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan.

Gambar : Pos 9 jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan


      Sepertinya ketiga pejuang siput kembali mendapat suntikan semangat dan siap melanjutkan perjalanan. Medan yang dilalui semakin menanjak dan semakin terbuka. Disekitar terdapat beberapa bunga edelweiss yang sama sekali tidak berbunga, dan beberapa tanaman yang mengering. Panorama mulai terpampang jelas dengan semakin terbukanya vegetasi. Ada punggungan dengan tebing vertikal disalah satu sisinya, ada hamparan hutan yang mengelam disapu kabut, dan di atas, trek menuju puncak terpampang jelas didepan mata. 

Gambar : Rihan di Plawangan


      Jarak dari pos 8 menuju pos 9 tidak begitu jauh, namun sedikit lebih terjal dari sebelumnya. Kami terus berjalan perlahan menuju pos 9 (Plawangan). Pos 9 merupakan batas vegetasi dan juga terdapat dua tempat 3 tempat untuk mendirikan tenda. Kami sempat beristirahat di pos 9 bersama teman-teman lainnya. Sambil ngobrol santai dan menikmati pemandangan yang sangat indah terhampar didepan mata. Disini ada beberapa tempat untuk mendirikan tenda, namun sangat rawan badai. Itu karena ketinggian dan lokasinya sangat terbuka tanpa adanya pepohonan yang mampu menghambat angin kencang.

 11.  Puncak Gunung Slamet 3428 mdpl.
 
Gambar : Puncak Gunung Slamet 3428 Mdpl

         Setelah beristirahat beberapa lama, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Semua anggota Siput sudah terkumpul dan siap berjalan menjadi satu rombongan kembali. Medan yang kami lalui adalah medan bebatuan dengan kemiringan yang  sangat terjal. Jadi, harus mempelajari trik mengatasi medan berpasir/berbatu dengan kemiringandiatas rata-rata ketika mendaki gunung. Namun, perjalanan akan sangat lama apabila dipaksa harus selalu berkelompok. Mengingat waktu juga sudah beranjak sore. Akhirnya saya putuskan untuk naik seorang diri karena akan turun kembali menuju camp untuk menyiapkan makanan. Aku yakin setiap anggota laki-laki Siput adventure memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua anggotanya, terutama anggota perempuannya.

Gambar : Luapan kegembiraan setelah di Puncak


Aku terus berjalan menuju puncak, dan bertemu dengan Gibran yang sedang beristirahat diatas batu. Sedangkan tiga orang dari Walang adventure sudah berangsur turun tepat diatas Gibran. Kami sempat saling menyapa dan bercanda ketika berpapasan. Aku terus berjalan menuju puncak sejati Gunung Slamet diketinggian 3428 mdpl. Sesampainya dititik tertinggi Gunung Slamet, aku lihat ada muda-mudi yang sedang sibuk berfoto ria. Aku tunggu sejenak hingga mereka selesai melakukan ritualnya. Setelah mereka selesai berfoto aku baru mendekat menuju plang yang menunjukkan titik tertinggi Gunung Slamet, dan lekas mengambil gambarnya.

12.  Puncak Tugu Gunung Slamet.

Gambar : Puncak Tugu Gunung Slamet

      Karena tidak enak dengan muda-mudi tersebut, aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuruni punggungan puncak menuju Puncak Tugu. Aku sempat berpapasan dengan Gibran ketika akan menuruni punggungan. Gibran langsung menuju Puncak sejati Gunung Slamet 3428 mdpl. Setelah turun dan sedikit jalan naik, sampailah aku di Puncak Tugu Gunung Slamet. Aku lantas melihat kesekeliling menikmati pemandangan disekitar. Kawah baru dengan kepulan asap dan lebarnya yang luas menganga terpampang jelas didepan mata. Aku hanya terdiam memandangi ciptaan Tuhan yang maha dahsyat tersebut, sambil menyelipkan beberapa bait.


Gambar : Kawah aktif Gunung Slamet

Boleh ya teman, aku sisipkan sedikit embel-embel...

Rahayu


Jawa tengahku, jawa tengah mereka
Kini dihadapannya tugu yang membatu
Diantara kaldera yang menganga
terbuka masih menganga lebih luasnya


Dari pasir mendesir sampai kerakal berserak marak
Sampai mendatar seluas pandang
Mengepul asap segumul langit menggempal
Pangkalnya menguning meski tak terpancar surya


Aku bersumpah dengan tegak berdiri
Tak menantang ataupun menyerang
Aku hanya membatu sama seperti tugu
Bisu tiada menentu


Ternyata aku sedang sendiri
Menyambangi rahayu dirimu
Dasa nama untuk tanah dimana aku berpijak
Rahayu selamatkan aku dan cerahkan suram

Ketika kulempar angan menuju masa lalu
Tubuh mengaku bukan menjadi aku
Ketika hijrah tanpa berpelengkap zirah
Dari sedikit yang tergolong


Dikejauhan punggung kaldera membiaskan
Langkah-langkah manusia dengan garang tekadnya
Telah berulang kali aku katakan padanya
Manusia tak sekecil apa yang terlihat


Makhluk hebat bila menjauh dari kafarat
Sedangkan aku masih membatu bagaikan tugu
Melongok laki bini yang belum jadi saling memerikkan keadaan
Sedangkan aku masih membatu mulai mendebu


Diufuk barat pancarannya mulai karam
Sedikit saja akupun mengikuti permainannya
Biarpun karam namun begitu jua
Pencerahan terbit kembali kala sang surya mulai padam

Diantara jurang aku masih membatu mulai karam
Sebatas apakah?
Manusia hanya sebatas kelahiran dan mortalitas orang barat bilang
Hanya sebatas itu dan aku masih saja membatu diatasmu wahai rahayu



        Begitulah kira-kira apa yang aku lamunkan disela-sela hening diantara kesendirian. Aku mulai beranjak dari tempatku dan mulai berjalan untuk kembali. Diperjalananku turun, aku bertemu beberapa anggota lainnya. Ari sudah terlebih dahulu melangkah beberapa puluh meter didepan teman-teman. Lia hanya terdiam melihatku turun dengan muka masam dan sepertinya enggan berpijak lagi. Namun, tetap saja ia berjalan. Kami sempat berbicara entah apa tema yang kita bicarakan. Yang jelas aku hanya cengengesan bersama Lia dan Syukur karena berbicara tanpa tema dan hanya untuk menghasilkan tawa. Kemudian datang anggota lainnya yang mulai meringsek menuju puncak. Sempat sejenak aku berhenti berbincang legit dengan Fuji diatas bebatuan. Lagi-lagi entah apa temanya, yang jelas kami hanya sedikit tersenyum  dan mengernyitkan dahi. Aku kembali turun melanjutkan perjalanan menuju Camp.

Gambar : Dania sedang beristirahat diatas bebatuan



         Kali ini aku bertemu lagi dengan ‘pendaki roker’. Siapa lagi kalau bukan Dania. Ya, aku turun bersama Dania sambil mendengarkan tausiah yang sangat bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam hidup. Terima kasih uhti !
Meskipun Dania tidak melanjutkan perjalanan ke Puncak, namun sudah banyak perbaikan dari pendakian-pendakian sebelumnya.
Tanpa sadar kita telah berjalan cukup jauh dan hampir sampai di Pos 5. Kami sempat beristirahat sejenak disitu. Hening suasana terpecahkan oleh datangnya Ari yang tiba-tiba muncul dari jalan sempit yang kanan kirinya terhimpit tebing rendah, atau lebih tepatnya seperti jalur air. Jadi, aku meneruskan perjalanan sendiri dan Ari aku tinggal untuk menemani Dania dibelakang. Meskipun sudah aku percepat jalanku, tetap saja aku sampai di Camp ketika hari mulai senja. Aku berjalan cepat menuju Camp hanya dengan satu alasan, yaitu memasak untuk makan bersama.


 
Gambar : dari kanan belakang ; Awal, Syukur, Rizka, Udin, Fuji, Dania, Indra, Adi, Gibran. Barisan depan ; Rihan, Ari, Lia


        Disana Walang adventure dan Awal sedang beristirahat. Aku langsung saja memasak apa yang perlu dimasak. Sayuran yang Dania beli sudah busuk sebagian. Jadi, aku tambahkan kentang saja agar semua dapat merasakan nikmatnya sop. Awal bersamaku didalam tenda memasak sop dan sarden dengan resep sama seperti membuat cerpen fiksi (mengarang). Iris, cuci, dan rebus. Masak ! masak! Dan masak !
Semoga menjadi masakan yang berkah, meskipun rasanya akan sedikit aneh. Sehabis maghrib matang sudah nasi Walang adventure masak. Selanjutnya apa lagi?
Makan ! ya, makan bersama adalah suatu kenikmatan tersendiri setelah berjibaku dengan jalur pendakian Gunung Slamet. Semua menikmati dan semua merasakan masakan ala kadarnya.


Gambar : Bersama "Duo Be"
         Setelah mengalami berbagai diskusi non formal, akhirnya kami putuskan untuk bermalam lagi disitu. Entah kenapa aku masih terjaga hingga pagi dan hanya terpejam 3 jam saja. Mungkin aku sedang resah, ya resah menikmati derik jangkrik sudah hilang tak lagi mengerik, hewan nokturnal samar-samar saja aumannya, yang ada hanya degup langkah kaki berdatangan membuyarkan hening malam. Memandangi langit-langit tenda hanya itu saja. Kendati sesekali aku keluar mengecek keadaan luar tenda. Tetap saja, aku masih terjaga.


Gambar : Bersama bocah lereng Gunung Slamet
       Keesokan harinya kami putuskan untuk lekas turun menuju Basecamp, pagi-pagi betul. Sekitar pukul 08:00 WIB kami meninggalkan tempat Camp. Tidak banyak berbeda formasi ketika turun. Hanya saja, Syukur turun lebih dulu mulai dari bawah pos 2, karena tak kuasa panggilan alam. Di atas Pos 1 aku dan Adi sempat bertemu dengan beberapa anak lereng yang sedang bermain di lereng Gunung Slamet. Aku sempatkan untuk berfoto bersama mereka. Tawa renyah dan celotehan mereka membuat aku teringat masa kecil yang begitu indah. Kami sempat beristirahat di Pos 1 untuk membeli beberapa potong buah dan juga untuk beristirahat sebelum turun menuju Basecamp. Aku sampai Basecamp sekitar pukul 14:00 WIB diposisi paling belakang.

Gambar : Hutan pinus Perhutani

        Dengan sampainya semua anggota di Basecamp, menjadi pertanda bahwa perjalanan kali ini akan segera bersambung diperjalanan selanjutnya. Beberapa teman sedang sibuk membersihkan diri, ada juga yang sedang mempacking barang bawaan, dan aku memilih minum kopi di warung depan Basecamp sambil berbincang-bincang dengan teman-teman sebelum kami berpisah.

Silahkan tonton juga videonya dibawah ini..



Catatan :
  •  Bawalah masker, buff, ataupun slayer ketika mendaki dimusim kemarau untuk meminimalisir debu yang masuk kedalam saluran pernafasan.
  • Usahakan agar tidak memunculkan kepulan debu berlebihan dengan langkah kaki kita.
  • Summit attack biasanya adalah tahap terberat dalam pendakian. Sehingga sangat disarankan untuk membawa bekal air, obat-obatan pribadi, dan air secukupnya.
Terima kasih kepada:

  • Tuhan Yang Maha Esa.

  • Tim :
  1. Adi WB.
  2. Ari Ardiansyah.
  3. Rihan B.
  4. Awal
  5. Gibran.
  6. Syukur.
  7. Rizka.
  8. Udin.
  9.  Indra.
  10. Lia Afrida.
  11. Fuji E.M
  12. Dania B.
  • Basecamp Gunung Slamet via Bambangan.
  • Warga Dusun Bambangan.
  • Siput adventure dibalik layar :
  1. Arif.
  2. Amalia A.
  3. Legina.
  4. Ryo.
  5. Parkit.
Sekian catatan perjalanan kali ini bersama Siput adventure dan Walang adventure yang berjudul Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah. Semoga bermanfaat dan selamat berpetualang. ||H2S||



Demikianlah Artikel Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Jalur Pendakian Gunung Slamet Via Bambangan, Suasana Baru Menuju Titik Tertinggi Jawa Tengah ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Back To Top
close