Info Budidaya Terpadu 2019

Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau

Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau - Selamat datang di blog BUDIDAYA !!, Info kali ini adalah tentang Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau !! Semoga tulisan singkat dengan kategori Tempat Wisata !! Wisata Air !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->


Berada diantara jeram Lubuk torok bersama Si Nduk

Lubuk torokmerupakan tempat wisata yang berada di propinsi Riau. Tepatnya di dusun Pinaso, desa Siabu, kecamatan Salo, Kampar. Letaknya yang tidak begitu jauh dari pusat kota Pekanbaru membuat Lubuk torok ramai pengunjung. Apalagi pada hari libur dan ahir pekan.

Dari berbagai pertimbangan saya putuskan untuk melakukan camping ceria disebuah lubuk yang letaknya tidak jauh dari kota Pekanbaru, Riau. Kami berangkat dengan beranggotakan 6 personil dari Pekanbaru menggunakan kendaraan roda dua. Dengan teman-teman baru saya menyusuri jalanan menuju arah Bangkinang  dengan hati riang. Karena perasaan itulah yang diperlukan dalam sebuah perjalanan. Walau ditemani suhu yang sedikit berbeda dengan tanah Jawa dan terik yang begitu terasa menyengat kami tetap menikmati perjalanan tersebut. Sesampainya dipertigaan sebelum gapura selamat datang di kota Bangkinang kami berbelok kearah kiri menyusuri jalanan lengang yang dikelilingi hutan semak, kebun karet, dan beberapa bangunan gedung yang dimiliki kota Bangkinang. Di perjalanan menuju Lubuk Torok kami juga melewati salah satu obyek wisata Sungai hijau yang selalu ramai pengunjung diahir pekan.

Beristirahat dijalan bersama Si Nduk, Darma, dan Dewi


Setelah berjalan sekitar satu setengah jam, kami tiba dipertigaan menuju desa siabu-abu. Siabu-abu adalah desa terahir sebelum sampai di Lubuk Torok. Kita bisa menitipkan kendaraan disalah satu rumah warga. Tempat yang paling populer untuk menitipkan kendaraan yang kita bawa adalah rumah Pak dhe Yanto. Salah seorang dari Jawa yang menetap di desa Siabu-abu. Pak dhe juga memiliki kebun karet yang bisa digunakan untuk mendirikan camp. Dikebun Pak dhe juga terdapat pondok yang berbentuk panggung. Jadi, kita bisa menginap disitu meskipun tidak membawa perlengkapan camping sekalipun. Hanya logistik yang tidak boleh ketinggalan untuk menyambung hidup selama kita berada disana.

Usai beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 2 jam, kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Pondok pak dhe. Perjalanan awal merupakan yang terberat kalau menurut saya. Karena kita harus berjalan diatas jalanan beraspal pedesaan dengan terik yang begitu menyengat. Namun, jalan masih mendatar dan tidak ada tanjakan sama sekali. Setelah berjalan belasan menit, kita akan menjumpai perkebunan sawit milik warga yang berbatasan langsung dengan pemukiman. Jalan yang kita lalui juga masih mendatar diantara pepohonan sawit.

Di tengah perjalanan kita akan melalui sungai yang juga berasal dari Lubuk torok. Kami sempat beristirahat sejenak untuk mengisi perut dengan sepotong roti yang kami bawa sebagai bekal. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali dengan medan yang tidak begitu berbeda dari sebelumnya. Saya sendiri berjalan diurutan paling belakang. Hal itu bukan karena saya yang terkuat dari semua anggota. Sehingga berjalan dibelakang sendiri dan bertindak sebagai sweeper pada manajemen pendakian. Namun, karena saya adalah orang baru yang diibaratkan tidak tau apa-apa.

Kendati seperti itu, saya tetap berusaha menjaga diri dan orang-orang yang menemani perjalananku menuju Lubuk torok. Hingga ahirnya kita melalui perkebunan karet kembali dengan medan yang mulai bervariasi. Jalanan mulai naik turun dan sedikit licin. Sesekali kita jumpai juga jembatan kecil yang terbuat dari kayu.

Senja mulai tumbang dan malam lengang lekas datang menutup pancaran sang surya yang terang. Tetapi, perjalanan kami masih terus berlanjut menuju Lubuk torok. Hingga suatu ketika aku terpeleset ketika harus menyeberang sungai lagi. Itu disebabkan oleh minimnya penerangan yang kami bawa.Tapi, itu sangat mengasyikkan dan menyegarkan badan. Kami lantas berjalan kembali melewati perkebunan karet. Perjalanan tinggal sebentar lagi untuk sampai di Pondok Pak dhe Yanto. Setibanya disana, tidak ada rombongan lain yang mendirikan camp ataupun menginap di Pondok Pak dhe. Jadi, dengan leluasa kami bisa menginap di Pondok Pak dhe.Kami lekas mencari kayu bakar dan membuat api untuk memasak logostik yang kami bawa untuk makan malam. Si Nduk bertindak sebagai chef ditemani dua temannya. Sedangkan aku dan dua pria lainnya mencari kayu bakar dan menyiapkan penerangan.

Berfoto diantara perkebunan karet bersama Si Nduk
Selesai makan kami memutuskan untuk tidur karena hari semakin larut. Tetapi, aku dan Si Nduk masih terjaga di bale-bale bagian bawah pondok untuk menikmati malam. Hening suasana, derik jangkrik dan hewan lainnya, serta gemericik aliran sungai menemani malam indah itu. Itu adalah malam pertama yang aku lalui di alam bebas Sumatera. Lebih spesial lagi karena ditemani Si Nduk. Hingga kenyamanan itu harus terbuyarkan akibat turunnya gerimis. Kami lantas naik di bagian atas Pondok. Kami semua tertidur untuk menyambut hari esok.

Pagi harinya aku terbangun lebih dini daripada anggota yang lain. Aku lantas turun untuk mencari ikan di sungai. Namun, anggapanku mengenai ikan-ikan disini keliru. Ternyata ikan disungai itu lebih gesit dari ikan-ikan sungai yang pernah aku temui. Itu karena karakter ikan sungai deras memang lebih gesit dibandingkan sungai yang berarus tenang. Sebenarnya masih banyak sekali ikan disungai itu. Berkeliaran kesana kemari dan bermain diantara jeram-jeram sungai. Itu hanya membuatku tersenyum dan berkata dalam hati “bodoh sekali aku ini, dipermainkan seekor ikan”. Hingga ahirnya aku keasyikan melihat ikan-ikan itu bermain diantara bebatuan dibantu dengan penerangan lampu senter yang aku bawa.

Pagi mulai menampakkan dirinya dengan ditandai cahaya mentari yang mulai pecah menyibak kelamnya hutan. Sayang sekali melewatkan pagi yang seindah ini. Pagi yang tenang dengan kicauan burung dan jernihnya air, dan ikan-ikan yang bermain riang di sungai. Tak lama kemudian aku kembali ke Pondok dan berniat membangunkan teman-teman yang masih tertidur. Tapi, naas ada sesuatu musibah yang terjadi. Namun, tidak akan aku ceritakan disini.

Oke...!

Lupakan soal kesialan yang terjadi. Kita mulai hari ini dengan hati riang kawan. Karena hari itu sangat cerah dan indah. Kita berjalan sekitar 70 M dari pondok kearah atas. Lalu, apa yang kita dapat? Sebuah lubuk yang lumayan luas dan berair sangat jernih tertampung didalam palung sungai. Tunggu apalagi? Pastilah kita menceburkan diri kedalam air tersebut. Berenang kesana kemari bagai ikan-ikan penghuni lubuk. Kami bercanda dan meluapkan tawa dengan berbagai gaya. Lalu, bagaimana untuk mereka yang tidak bisa berenang? Tenang saja kawan. Di Pondok Pak dhe juga disediakan pelampung dari ban dalam sebanyak dua buah. Pelampung itu dapat kalian gunakan untuk menopang badan kalian agar bisa mengambang diatas air.

Berfoto bersama setelah berenang


Kami mandi di lubuk hingga kedinginan dan menggigil. Tapi tenang. Alam masih punya kejutan lain. Sinar matahari mulai terik dan dapat kita manfaatkan untuk berjemur diatas bebatuan sambil memandangi hutan yang terdapat disisi sungai. Sebenarnya alam menyediakan apa yang kita butuhkan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya. Tinggal bagaimana cara kita berterima kasih kepada alam.

Kegiatan selanjutnya adalah berkeliling di area Lubuk torok supaya mengenal lebih dalam Lubuk torok. Sedangkan para kaum hawa beraktifitas seperti biasa memasak logistik untuk makan siang. Sebenarnya bisa saja kita lanjutkan perjalanan menuju air terjun Teko, maskot dari Lubuk torok. Tapi, apa boleh buat. Teman-teman lebih memilih menikmati suasana disekitar Lubuk. Apa aku menyesal? Tentu tidak. Karena disitu saja saya merasa nyaman akan suasananya.

Bersama Si Nduk dengan background Lubuk torok


Siang harinya ada beberapa rombongan yang datang untuk berkunjung dan melakukan camping ceria sama seperti kami. Memang hari itu adalah ahir pekan. Sehingga pengunjung juga ramai tidak seperti hari-hari biasa. Malamnya kami tidak bisa tidur cepat karena suara dari rombongan lain saling bersaing menampilkan performa gitar dan nyanyian mereka. Ya sudahlah, kita buat suasana menjadi lebih asyik. Main kartu adalah kegiatan yang cocok ketika tak bisa tidur. Hingga muka kami dipenuhi coretan-coretan bedak diwajah akibat kalah main. Setelah terasa benar-benar kantuk, kami putuskan untuk tidur. Apalagi suara diluar pondok sudah mulai tenang. Esok harinya kami mandi dan memutuskan untuk pulang.

Foto bersama di Pondok Pak dhe


Perjalanan pulang lebih lama dari perjalanan menuju lubuk itu sendiri. Itu karena kami kerap beristirahat dan berfoto untuk kenang-kenangan dan dokumentasi perjalanan tentunya. Setelah sampai di Perkebunan sawit, aku dan Si Nduk berada dibelakang sendiri. Kami berdua putuskan untuk berlari-lari kecil agar cepat sampai. Kejadian itu benar-benar mirip di film-film India. Hahaha...diperbatasan antara pemukiman dan perkebunan sawit, kami sempat beristirahat dibawah pohon sawit dan bercerita tentang budaya, adat istiadat, dan kehidupan antara pulau Jawa dan Sumatera. Hal itu efektif juga dilakukan sembari menunggu jemputan. Setelah jemputan datang, kami lekas menuju rumah Pak dhe untuk mengambil kendaraan yang kami titipkan. Beristirahat sejenak dan mengganti baju kami yang sudah kotor dan bau dengan baju bersih. Setelah itu kita pulang menuju Pekanbaru. Sekian artikel yang berjudul Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau. Semoga bermanfaat dan selamat berpetualang. []H2S[]

Catatan :
  •           Bawalah buah tangan untuk ditinggal dirumah Pak dhe Yanto sebagai tanda terima kasih kita kepada beliau.
  •          Bisa juga anda meminta jasa Pak dhe untuk mengantar menuju Lubuk torok dengan biaya yang disepakati oleh kedua belah pihak (anda dan Pak dhe).
  •           Jangan buang sampah sembarangan dan melakukan eksploitasi berlebihan kepada habitat yang ada disekitar Lubuk torok.
  •          Siapkan perlengkapan camping sendiri untuk berjaga-jaga.

Terima kasih kepada :
  
  1. Imelda AP (Si Nduk)
  2. Pak dhe Yanto.
  3. Darma.
  4. Dewi.
  5. Erik.
  6. Nurda M.
Nb : 'Nduk' adalah panggilan sayang untuk anak perempuan di Jawa tengah.



    Demikianlah Artikel Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Meresapi Ketenangan di Lubuk Torok, Riau ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

    Back To Top
    close